Jalan ke Puncak pada tahun 1915. Puncak Bogor-Cianjur adalah sebuah kawasan wisata pegunungan yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, Taman Wisata Matahari dan terdapat sebuah masjid yang indah dengan arsitektur yang khas dan sederhana yaitu Masjid Atta'awun.
– Bagi Anda yang pernah tahu, bahkan sering mengunjungi Cisarua, Puncak, Bogor, pastinya sudah tak asing lagi dengan Masjid Atta’awun’. Masjid ini sering dijadikan tempat singgah para pengguna jalan untuk mendirikan salat, atau hanya sekedar beristirahat untuk melepas lelah. Selain asri, masjid ini juga terbillang cukup megah denga segala fasilitas yang menyenangkan. Maka, tak heran, jika banyak orang yang menyempatkan diri untuk salat di masjid tersebut. Di balik keindahan masjid tersebut, ada kisah tersembunyi yang begitu menggetarakan jiwa. Berikut kisah lengkapnya Terpisah Cukup Lama Cerita nyata ini mengisahkan dua orang sahabat yang terpisah cukup lama, mereka adalah Ahmad dan Zaenal. Ahmad adalah seorang yang pintar sekali, bisa dibilang dia cukup cerdas. Tapi sayangnya, kehidupannya kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal, terlahir dari keluarga yang berkecukupan sehingga dapat mendukung karir dan masa depannya. Setelah terpisah cukup lama, mereka akhirnya dipertemukan disebuah tempat yang istimewa, ya, di koridor wudhi toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur cantik yang memiliki view pegunungan kebun the yang terhampar hijau di bawahnya. Masjid tersebut bernama Masjid Atta’awun’ yang berada di daerah puncak, Bogor. Kehidupan Zaenal semakin makmur, sebab dia sudah menjadi seorang manager kelas menengah. Necis. Parlente. Tapi tetap menjaga kesalehannya. Ia memiliki kebiasaan, setiap kali keluar kota, Zaenal selalu menyempatkan diri menyambangi masjid di kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur masih dapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah juga sebagai tambahan. Seperti basa, setibanya di Puncak Pas, Bogor. Ia mencari masjid, ia pinggirkan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan. Di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya minta ampun. Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai merbot masjid. Pertemuan Keduanya “Maaf,” katanya menegor sang merbot. “Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?” Yang ditegur tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan, Ahmad berucap, “Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Zaenal terlihat masih dalam keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…” Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel. Khas merbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidatnya yang lebar terlihat jelas. “Mad… Ini kartu nama saya…” Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wuah, bener-bener keren.” “Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…” Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih2 dulu… Silahkan ya, yang nyaman”. Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir. Mengapa Ahmad yg pintar, kemudian harus terlempar darik kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan. Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yg tidak berpihak kepada orang-orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin. Air wudhu membasahi wajahnya. Sekali lagi Zaenal melewati Ahmad yang sedang bersih-bersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “office boy”. Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah sepertinya. Zaenal Bertemu Marbot yang Sesungguhnya Setelah menyelesaikan shalatnya Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad,” gumamnya. Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad. “Pak,” tiba2 anak muda yang shalat di belakangnya menegur. “Iya Mas?” “Pak, Bapak kenal emangnya sama bapak Insinyur Haji Ahmad?” “Insinyur Haji Ahmad?” “Ya, insinyur Haji Ahmad” “Insinyur Haji Ahmad yang mana?” “Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak” “Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?” “Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun ini masjid” Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal, “Dari dulu sudah haji. Dari sebelum beliau bangun masjid ini” Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yg merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau biayai sendiri pembangunan masjid indah ini, sebagai masjid transit mereka yg mau shalat. Bapak lihat hotel indah di sebelah sana? Itu semua milik beliau. Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh. Yaitu senangnya menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji saja dan azan”. Zaenal tertegun, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zaenal saat itu. Terdapat pelajaran dari kisah pertemuan kedua sahabat itu. Jika Ahmad itu adalah kita, mungkin begitu bertemu dengan kawan lama yang sedang melihat kita membersihkan toilet, segera kita beritahu posisi kita yang sebenarnya. Dan jika kemudian kawan lama kita ini menyangka kita merbot masjid, maka kita akan menyangkal dan kemudian menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah kawan kita bahwa kita inilah pewakaf dan yang membangun masjid ini. Tapi kita bukan Haji Ahmad. Dan Haji Ahmad bukannya kita. Semoga ia selamat dari rusaknya nilai amal, sebab ia tetap tenang dan tidak risih dengan penilaian manusia. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa. Dan kemudian Allah yang memberitahu siapa dia sebenarnya. [su_box title=”Baca Juga” style=”glass”] Kisah Kuli Bangunan yang Berhasil Dirikan Masjid dan Rumah Tahfiz [/su_box] “Al mukhlishu, man yaktumu hasanaatihi kamaa yaktumu sayyi-aatihi” Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukan-keburukan dirinya.” [Ya’qub YahimaHullah, dalam kitab Tazkiyatun Nafs].
SEJARAH Berdirinya Masjid Attaawun Puncak Bogor, Awalnya Hanya untuk Pekerja Kebun Teh Masjid Atta'awun Puncak Bogor, Jalan Raya Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Baca Selanjutnya: Pak RT: 3 Terduga Teroris yang Diamankan Densus 88 di Ciawi Bogor Lagi Kerja Kuli Bangunan X. Laporan Wartawan Reynaldi Andrian Pamungkas CISARUA - Siapa yang tidak tahu dengan Masjid Atta'Awun Puncak Bogor ini, Masjid yang menjadi salah satu ikonik dari Bogor. Masjid ini tepatnya berlokasi di Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, ternyata memiliki kisah yang panjang dalam pembangunannya. Pengurus Masjid Atta'Awun, KH Awaluddin mengatakan bahwa ini merupakan Masjid Pemerintah Provinsi. "Dibangunnya sekitar tahun 1993 sampai 1999an waktu itu," ucapnya kepada Sabtu 9/4/2022. Menurutnya, biaya pembangunan Masjid ini dilakukan dengan cara bergotong royong oleh seluruh masyarakat Jawa Barat. Maka dari itu, alasan mengapa nama Masjid ini dinamakan Atta'Awun, karena itu berarti bekerjasama atau gotong royong dalam bahasa Arab. KH. Awaluddin mengungkapkan bahwa gotong royongnya itu, setiap masyarakat dimintai uang untuk dana pembangunan Masjid. "Satu-satu orang yang ada di Jawa Barat semuanya diminta uang buat Masjid ini, per orangnya itu antara Rp 100 sampai Rp 500," katanya. Bahkan, saat pembangunannya, Masjid ini sempat mengalami kendala pada tahun 1998 karena terjadinya krisis moneter saat itu. Masjid Atta'Awun di Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Andrian Pamungkas Tetapi, pada akhirnya tidak lama sejak kejadian tersebut, Masjid ini berhasil dibangun untuk masyarakat Jawa Barat. Masjid ini berdiri di atas tanah dengan luas lebih dari meter kubik, dengan kapasitas mampu menampung lebih dari jemaah. Untuk perawatannya sendiri, Masjid ini menggunakan dana dari pemerintah Provinsi. Serta, untuk fasilitasnya terdapat kolam-kolam ikan, taman dan sungai kecil.
Masjid Atta'Awun puncak merupakan salah satu ikon di puncak bogor yang selalu ramai pengunjung terutama saat hari libur tiba.Bagi anda yang sering berwisata,
Penulis menggunakan tiga subjek: Masjid Atta'awun di Puncak Bogor, Masjid Dian Al-Mahri di Depok dan Masjid At-Tiin di Jakarta Timur. Dengan menggunakan metode deskriptis komparatif dan survei
KisahMitos Dan Fakta Beberapa tahun belakangan, muncul ‘hoax’ tentang seorang marbut masjid yang dikisahkan ternyata sebagai ‘pemilik’ Masjid Atta’awun Puncak Bogor. Orang yang disebut sebagai Ir. Ahmad ini digambarkan sebagai sosok sederhana yang bisa ditemukan oleh jemaah masjid sedang mengepel lantai masjid dan menggosok toilet. Ir.
KARAWANGPOST- Bupati Bogor memastikan tidak ada pelanggaran PPKM darurat dan mengantisipasi adanya kerumunan dengan melakukan kegiatan sidak di kawasan wisata daerah puncak, Sabtu 3 Juli 2021.. Daerah yang dikunjungi oleh Ade yasin seperti Masjid Atta'awun Puncak, Taman Safari, Rumah Makan Alam Sunda, Cimory Riverside, penyekatan yaCe. 178 416 203 72 235 104 174 497 382

pemilik masjid atta awun puncak bogor